Ini salah satu tema presentasi Beamer yang saya sukai. Tema ini mengacu pada gaya presentasi Keynote dari Apple.
Tak usah galau, tema ini tersedia pada ShareLaTeX dan dapat langsung digunakan. Bila Anda berniat untuk memanfaatkannya, silakan mendaftar di sini:
Online LaTeX Editor ShareLaTeX
Seperti Anda lihat di samping, materi yang saya tampilkan ditujukan kepada para Guru Matematika yang sudah atau akan menerapkan Kurikulum 2013 (K13) di sekolahnya.
Untuk menyesuaikan dengan warna pada logo K13 (dan warna latar foto saya, hehehe ...), saya gunakan pewarnaan dengan svgnames:
Untuk menyesuaikan dengan warna pada logo K13 (dan warna latar foto saya, hehehe ...), saya gunakan pewarnaan dengan svgnames:
\documentclass[10pt,svgnames]{beamer}
lalu memilih warna SteelBlue:\setbeamercolor{structure}{fg=SteelBlue}
Untuk huruf saya gunakan Palatino:\renewcommand\sfdefault{ppl}
\renewcommand\familydefault{\sfdefault}
\usepackage{mathpazo}
Logo K13 saya tempatkan pada tiap slide dengan menggunakan texpos:\usepackage{textpos}
\addtobeamertemplate{frametitle}{}{%
\begin{textblock*}{100mm}(\textwidth,-1cm)
\includegraphics[height=1cm,width=1cm]{K13}
\end{textblock*}}
tetapi saya tak ingin memuat judul slide pada halaman judul (titlepage), maka saya gunakan [plain,t]:\begin{frame}[plain,t]
\titlepage
\end{frame}
Adapun materi yang tercantum pada dokumen ini bersumber dari Buku Guru MATEMATIKA SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2014, dengan beberapa perbaikan redaksional.
Demikian semoga bermanfaat.
Adjie Gumarang Pujakelana 2014
\documentclass[10pt,svgnames]{beamer} \usepackage{mathpazo} \usepackage{amsmath, amsfonts, epsfig, xspace} \usepackage{algorithm,algorithmic} \usepackage{pstricks,pst-node} \usepackage{multimedia} \usepackage[normal,tight,center]{subfigure} \setlength{\subfigcapskip}{-.5em} \usepackage{beamerthemesplit} \usetheme{lankton-keynote} \usepackage[indonesian]{babel} \usepackage{ragged2e} \justifying \usepackage{textpos} \addtobeamertemplate{frametitle}{}{% \begin{textblock*}{100mm}(\textwidth,-1cm) \includegraphics[height=1cm,width=1cm]{K13} \end{textblock*}} \author[Sulaeman]{\includegraphics[scale=0.3]{Pujakelana} \\Sulaeman, S.Pd.} \title[Model Pembelajaran\hspace{2em}\insertframenumber/\inserttotalframenumber]{Unsur Utama\\ Model Pembelajaran} \date{\today} %leave out for today's date to be insterted \institute{SMK Negeri 2 Sumbawa Besar} \begin{document} \begin{frame}[plain,t] \titlepage \end{frame} \begingroup \begin{frame} \frametitle{Ikhtisar} \tableofcontents[sectionstyle=show/show,subsectionstyle=show/show/shaded] \end{frame} \endgroup \section{Pengantar} % add these to see outline in slides \begin{frame} \frametitle{Pengantar} Model pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 dilandasi oleh teori pembelajaran yang menganut paham konstruktivistik, seperti \begin{itemize} \item \emph{Project-Based Learning}, \item \emph{Problem- Based Learning}, dan \item \emph{Discovery Learning} \end{itemize} dengan pendekatan \emph{scientific learning} melalui proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, membangun jejaring dan menghubungkan berbagai informasi terkait pemecahan masalah \emph{real world}, analisis data, dan menarik kesimpulan. Proses pembelajaran memberi perhatian pada aspek-aspek kognisi dan mengangkat berbagai masalah \emph{real world} yang sangat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan mental siswa selama proses pembelajaran dengan prinsip bahwa \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Prinsip Pembelajaran} \begin{enumerate} \item<1-> setiap anak lahir, tumbuh dan berkembang dalam matriks sosial tertentu dan telah memiliki potensi, \item<2-> cara berpikir, bertindak, dan persepsi setiap orang dipengaruhi nilai budayanya, \item<3-> matematika adalah hasil konstruksi sosial dan sebagai alat penyelesaian masalah kehidupan, dan \item<4-> matematika adalah hasil abstraksi pikiran manusia. \end{enumerate} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Metode Pembelajaran} Metode pembelajaran yang diterapkan antara lain: \begin{itemize} \item metode penemuan, \item pemecahan masalah, \item tanya-jawab, \item diskusi dalam kelompok heterogen, \item pemberian tugas produk, \item unjuk kerja, dan \item projek. \end{itemize} \medskip Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktik pembelajaran di kelas adalah \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Praktik Pembelajaran} \begin{enumerate} \item pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa,\pause \item siswa diberi kebebasan berpikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah, mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka,\pause \item guru melatih dan membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah,\pause \item upaya guru mengorganisasikan bekerjasama dalam kelompok belajar, melatih siswa berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema, dan variabel,\pause \item seluruh hasil kerja selalu dipresentasikan di depan kelas untuk menemukan berbagai konsep, hasil penyelesaian masalah, aturan matematika yang ditemukan melalui proses pembelajaran. \end{enumerate} \end{frame} \section{Unsur Utama} \begin{frame} \frametitle{Unsur Utama Pembelajaran} Rancangan model pembelajaran yang diterapkan mengikuti 5 (lima) komponen utama model pembelajaran yang dijabarkan sebagai berikut. \begin{enumerate} \item {\color{Gold!50!Orange}Sintaks \item Sistem Sosial \item Prinsip Reaksi \item Sistem Pendukung \item Dampak Instruksional dan Pengiring yang Diharapkan} \end{enumerate} \end{frame} \subsection{Sintaks} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} Pengelolaan pembelajaran terdiri 5 tahapan pembelajaran, yaitu: \begin{itemize} \item {\color{Gold!50!Orange}Apersepsi}\\ Tahap apersepsi diawali dengan menginformasikan kepada siswa kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai siswa melalui pembelajaran materi yang akan diajarkan. Kemudian guru menumbuhkan persepsi positif dan motivasi belajar pada diri siswa melalui pemaparan manfaat materi matematika yang dipelajari dalam penyelesaian masalah kehidupan serta meyakinkan siswa, jika siswa terlibat aktif dalam merekonstruksi konsep dan prinsip matematika melalui penyelesaian masalah yang bersumber dari fakta dan lingkungan kehidupan siswa dengan strategi penyelesaian yang menerapkan pola interaksi sosial yang pahami siswa dan guru. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item[] Dengan demikian, siswa akan lebih baik menguasai materi yang diajarkan, imformasi baru berupa pengetahuan lebih bertahan lama di dalam ingatan siswa, dan pembelajaran lebih bermakna sebab setiap informasi baru dikaitkan dengan apa yang diketahui siswa dan menunjukkan secara nyata kegunaan konsep dan prinsip matematika yang dipelajari dalam kehidupan. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item {\color{Gold!50!Orange}Interaksi Sosial di antara Siswa, Guru, dan Masalah}\\ Pada tahap orientasi masalah dan penyelesaian masalah, guru meminta siswa mencoba memahami masalah dan mendiskusikan hasil pemikiran melalui belajar kelompok. Pembentukan kelompok belajar menerapkan prinsip kooperatif, yakni keheterogenan anggota kelompok dari segi karakteristik (kemampuan dan jenis kelamin) siswa, berbeda budaya, berbeda agama dengan tujuan agar siswa terlatih bekerjasama, berkomunikasi, menumbuhkan rasa toleransi dalam perbedaan, saling memberi ide dalam penyelesaian masalah, saling membantu dan berbagi informasi. Guru memfasilitasi siswa dengan buku siswa, Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dan Asesmen Otentik. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item[] Selanjutnya guru mengajukan permasalahan matematika yang bersumber dari lingkungan kehidupan siswa. Guru menanamkan nilai-nilai matematis (jujur, konsisten, tangguh menghadapi masalah) dan nilai-nilai budaya agar para siswa saling berinteraksi secara sosiokultural, memotivasi dan mengarahkan jalannya diskusi agar lebih efektif, serta mendorong siswa bekerjasama. Selanjutnya, guru memusatkan pembelajaran pada siswa dalam kelompok belajar untuk menyelesaikan masalah. Guru meminta siswa memahami masalah secara individu dan mendiskusikan hasil pemikirannya dalam kelompok, dan dilanjutkan berdialog secara interaktif (berdebat, bertanya, mengajukan ide-ide, berdiskusi) dengan kelompok lain dengan arahan guru. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item[] Antar anggota kelompok saling bertanya-jawab, berdebat, merenungkan hasil pemikiran teman, mencari ide dan jalan keluar penyelesaian masalah. Setiap kelompok memadu hasil pemikiran dan menuangkannya dalam sebuah LAS yang dirancang guru. Jika semua anggota kelompok mengalami kesulitan memahami dan menyelesaikan masalah, maka salah seorang dari anggota kelompok bertanya pada guru sebagai panutan. Selanjutnya guru memberi \emph{scaffolding}, yaitu berupa pemberian petunjuk, memberi kemudahan pengerjaan siswa, contoh analogi, struktur, bantuan jalan keluar sampai saatnya siswa dapat mengambil alih tugas-tugas penyelesaian masalah. \end{itemize} \end{frame} % \section{Conclusion} % add these to see outline in slides \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item {\color{Gold!50!Orange}Mempresentasikan dan Mengembangkan Hasil Kerja}\\ Pada tahapan ini, guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dan memberi kesempatan pada kelompok lain memberi tanggapan berupa kritikan disertai alasan-alasan, masukan bandingan pemikiran. Sesekali guru mengajukan pertanyaan menguji pemahaman/penguasaan penyaji dan dapat ditanggapi oleh kelompok lain. Kriteria untuk memilih hasil diskusi kelompok yang akan dipresentasikan antara lain: jawaban kelompok berbeda dengan jawaban dari kelompok lain, ada ide penting dalam hasil diskusi kelompok yang perlu mendapat perhatian khusus. Dengan demikian kelompok penyaji bisa lebih dari satu. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item[] Selama presentasi hasil kerja, guru mendorong terjadinya diskusi kelas dan mendorong siswa mengajukan ide-ide secara terbuka dengan menanamkan nilai \emph{soft skill}. Tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui keefektifan hasil diskusi dan hasil kerja kelompok pada tahapan sebelumnya. Dalam penyajiannya, kelompok penyaji akan diuji oleh kelompok lain dan guru tentang penguasaan dan pemahaman mereka atas penyelesaian masalah yang dilakukan. Dengan cara tersebut dimungkinkan tiap- tiap kelompok mendapatkan pemikiran-pemikiran baru dari kelompok lain atau alternatif jawaban yang lain yang berbeda. Sehingga pertimbangan-pertimbangan secara objektif akan muncul di antara siswa. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item[] Tujuan lain tahapan ini adalah melatih siswa terampil menyajikan hasil kerjanya melalui penyampaian ide-ide di depan umum (teman satu kelas). Keterampilan menghubungkan ide-ide tersebut adalah salah satu kompetensi yang dituntut dalam pembelajaran berdasarkan masalah, untuk memampukan siswa berinteraksi/berkolaborasi dengan orang lain. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item {\color{Gold!50!Orange}Temuan Objek Matematika dan Penguatan Skemata Baru}\\ Objek-objek matematika berupa model (contoh konsep) yang diperoleh dari proses dan hasil penyelesaian masalah dijadikan bahan inspirasi dan abstraksi konsep melalui penemuan ciri-ciri konsep oleh siswa dan mengkonstruksi konsep secara ilmiah. Setelah konsep ditemukan, guru melakukan teorema pengontrasan melalui pengajuan contoh dan bukan contoh. Dengan mengajukan sebuah objek, guru meminta siswa memberi alasan, apakah objek itu termasuk contoh atau bukan contoh konsep. Guru memberi kesempatan bertanya atas hal-hal yang kurang dipahami. Sesekali guru menguji pemahaman siswa atas konsep dan prinsip yang ditemukan, serta melengkapi hasil pemikiran siswa dengan memberikan contoh dan bukan contoh konsep. \end{itemize} \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Sintaks} \begin{itemize} \item[] Berdasar konsep yang ditemukan/direkonstruksi, diturunkan beberapa sifat dan aturan-aturan. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengerjakan soal-soal tantangan untuk menunjukkan kebergunaan konsep dan prinsip matematika yang dimiliki. \item {\color{Gold!50!Orange}Menganalisis dan Mengevaluasi Proses dan Hasil Penyelesaian Masalah}\\ Pada tahapan ini, guru membantu siswa atau kelompok mengkaji ulang hasil penyelesaian masalah, menguji pemahaman siswa dalam proses penemuan konsep dan prinsip. Selanjutnya, guru melakukan evaluasi materi akademik dengan pemberian kuis atau meminta siswa membuat peta konsep atau memberi tugas dirumah atau membuat peta materi yang dipelajari. \end{itemize} \end{frame} \subsection{Sistem Sosial} \begin{frame} \frametitle{Sistem Sosial} Pengorganisasian siswa selama proses pembelajaran menerapkan pola pembelajaran kooperatif. Dalam interaksi sosio kultural di antara siswa dan temannya, guru selalu menanamkan nilai-nilai \emph{soft skill} dan nilai matematis. Siswa dalam kelompok saling bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, saling bertanya/ berdiskusi antara siswa yang lemah dan yang pintar, kebebasan mengajukan pendapat, berdialog dan berdebat, guru tidak boleh terlalu mendominasi siswa, bersifat membantu dan gotong royong) untuk menghasilkan penyelesaian masalah yang disepakati bersama. Dalam interaksi sosiokultural, para siswa diizinkan berbahasa daerah dalam menyampaikan pertanyaan, kritikan, pendapat terhadap temannya maupun pada guru. \end{frame} \subsection{Prinsip Reaksi} \begin{frame} \frametitle{Prinsip Reaksi} Model pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 dilandasi teori konstruktivistik dan nilai budaya dimana siswa belajar yang memberi penekanan pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga fungsi guru sebagai fasilitator, motivator dan mediator dalam pembelajaran. Tingkah laku guru dalam menanggapi hasil pemikiran siswa berupa pertanyaan atau kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan masalah harus bersifat mengarahkan, membimbing, memotivasi dan membangkitkan semangat belajar siswa.\\ Untuk mewujudkan tingkah laku tersebut, guru harus memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hasil pemikirannya secara bebas dan terbuka, mencermati pemahaman siswa atas objek matematika yang diperoleh dari proses dan hasil penyelesaian masalah, \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Prinsip Reaksi} menunjukkan kelemahan atas pemahaman siswa dan memancing mereka menemukan jalan keluar untuk mendapatkan penyelesaian masalah yang sesungguhnya. Jika ada siswa yang bertanya, sebelum guru memberikan penjelasan/bantuan, guru terlebih dahulu memberi kesempatan pada siswa lainnya memberikan tanggapan dan merangkum hasilnya. Jika keseluruhan siswa mengalami kesulitan, maka guru saatnya memberi penjelasan atau bantuan/memberi petunjuk sampai siswa dapat mengambil alih penyelesaian masalah pada langkah berikutnya. Ketika siswa bekerja menyelesaikan tugas-tugas, guru mengendalikan jalannya diskusi dan memberikan motivasi agar siswa tetap berusaha menyelesaikan tugas-tugasnya. \end{frame} \subsection{Sistem Pendukung} \begin{frame} \frametitle{Sistem Pendukung} Agar model pembelajaran ini dapat terlaksana secara praktis dan efektif, guru diwajibkan membuat suatu rancangan pembelajaran yang dilandasi teori pembelajaran konstruktivis dan nilai \emph{soft skill} matematis yang diwujudkan dalam setiap langkah-langkah pembelajaran yang ditetapkan dan menyediakan fasilitas belajar yang cukup. Dalam hal ini dikembangkan buku model yang berisikan teori- teori pendukung dalam melaksanakan pembelajaran, komponen-komponen model, petunjuk pelaksanaan dan seluruh perangkat pembelajaran yang digunakan seperti rencana pembelajaran, buku guru, buku siswa, lembar kerja siswa, objek-objek abstraksi dari lingkungan budaya, dan media pembelajaran yang diperlukan. \end{frame} \subsection{Dampak Instruksional dan Pengiring yang Diharapkan} \begin{frame} \frametitle{Dampak Instruksional dan Pengiring yang Diharapkan} Dampak langsung penerapan pembelajaran ini adalah memampukan siswa merekonstruksi konsep dan prinsip matematika melalui penyelesaian masalah dan terbiasa menyelesaikan masalah nyata di lingkungan siswa. Pemahaman siswa terhadap obek-objek matematika dibangun berdasarkan pengalaman budaya dan pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya. Kebermaknaan pembelajaran yang melahirkan pemahaman, dan pemahaman mendasari kemampuan siswa mentransfer pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah, berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan menyelesaikan masalah tidak rutin menyadarkan siswa akan kebergunaan matematika. Kebergunaan akan menimbulkan motivasi belajar secara internal dari dalam diri siswa dan rasa memiliki terhadap matematika akan muncul sebab matematika yang dipamami adalah hasil rekonstruksi pemikirannya sendiri. Motivasi belajar secara internal akan menimbulkan kecintaan terhadap dewi matematika. \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Dampak Instruksional dan Pengiring yang Diharapkan} Bercinta dengan dewi matematika berarti penyatuan diri dengan keab-strakan yang tidak memiliki batas atas dan batas bawah tetapi bekerja dengan simbol-simbol. Selain dampak di atas, siswa terbiasa menganalisis secara logis dan kritis memberikan pendapat atas apa saja yang dipelajari menggunakan pengalaman belajar yang dimiliki sebelumnya. Penerimaan individu atas perbedaan-perbedaan yang terjadi (perbedaan pola pikir, pemahaman, daya lihat dan kemampuan), serta berkembangnya kemampuan berkolaborasi antara siswa. Retensi pengetahuan matematika yang dimiliki siswa dapat bertahan lebih lama sebab siswa terlibat aktif di dalam proses penemuannya. Dampak pengiring yang akan terjadi dengan penerapan model pembelajaran berbasis konstruktivistik adalah siswa mampu menemukan kembali berbagai konsep dan aturan matematika dan menyadari betapa tingginya manfaat matematika bagi kehidupan sehingga dia tidak merasa terasing dari lingkungannya. \end{frame} \begin{frame} \frametitle{Dampak Instruksional dan Pengiring yang Diharapkan} Matematika sebagai ilmu pengetahuan tidak lagi dipandang sebagai hasil pemikiran dunia luar tetapi berada pada lingkungan budaya siswa yang bermanfaat dalam menyelesaikan permasalahan di lingkungan budayanya. Dengan demikian terbentuk dengan sendirinya rasa memiliki, sikap, dan persepsi positif siswa terhadap matematika dan budayanya. Siswa memandang bahwa matematika terkait dan inklusif di dalam budaya. Jika matematika bagian dari budaya siswa, maka suatu saat diharapkan siswa memiliki cara tersendiri memeliharanya dan menjadikannya \textbf{Landasan Makna} (Landasan makna dalam hal ini berpihak pada sikap, kepercayaan diri, cara berpikir, cara bertingkah laku, cara mengingat apa yang dipahami oleh siswa sebagai pelaku- pelaku budaya). Dampak pengiring yang lebih jauh adalah hakikat tentatif keilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan berpikir siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah nonrutin. \end{frame} \begin{frame} \Huge{\centerline{Selesai}} \end{frame} \end{document}4->3->2->1->
No comments:
Post a Comment